Sutra, bila seorang wanita mendengar kata ini, apa yang berkelebat dalam benaknya? Keindahan, kehalusan, keanggunan, fashion yang tak lekang oleh waktu, plus puja-puji lainya. Sutra memang telah berabad-abad lamanya menyandang reputasi oke sebagai tekstil mewah dan sensual, yang diasosiasikan dengan kekayaan dan sukses. Benang sutra sendiri adalah bahan tekstil paling tua dalam sejarah umat manusia, karena telah digunakan oleh bangsa Cina sejak berabad-abad sebelum masehi. Sutra sudah disebut-sebut oleh filsuf Aristoteles, serta merupakan komoditi bernilai tinggi di Yunani dan Romawi. Pada masa jaya Kekaisaran Romawi, sutra dijual setara dengan emas dalam ukuran berat.
Sampai sekarang busana-busana berbahan sutra dinilai tinggi karena keluwesan, keawetan dan kenyamanannya. Halus sekaligus kuat, itulah sutra, silk atau soie dalam bahasa Prancis. Percayakah Anda, kawat baja ternyata lebih rapuh ketimbang benang sutra yang berdiameter sama? Berkat daya serapnya yang tinggi, sutra mudah dicelup dalam aneka warna. Tekstil sutra tak berbah bentuk, bagus jatuhnya di tubuh, dan memberi efek cayaha.
Sutra dapat digunakan untuk berbagai busana, dari gaun malam hingga pakaian olah raga. Setelan dari sutra cocok dikenakan ke kantor, lalu dengan tambahan atau pergantian aksesoris dan sebuah blus, segera berubah rupa dan pantas dipakai bersantap malam di restoran mahal. Sutra juga bisa digunakan dalam segara cuaca. Karena bersifat menyerap keringat, sutra terasa sejuk dikenakan dalam cuaca panas, dan karena sifatnya yang menahan udara panas didekat kulit, hanya dipakai dalam cuaca dingin.
Sutra adalah fiber protein alami. Beberapa jenis fiber ini bisa ditenun menjadi tekstil. Tipe sutra yang paling dikenal berasal dari kepompong ulat sutra pohon mulberry, bombyx mori. Kilau yang merupakan ciri khas sutra berasal dari struktur fibernya yang segitiga, mirip prisma, yang memungkinkan sutra memantulkan cahaya dari sudut pandang yang berbeda.
Sutra pertama kali dikembangkan di Cina sekitar tahun 6000 SM, dan menurut legenda, semua itu berkat saja permaisuri Xi Ling-Shi, istri Yellow Emperor yang memerintah Cina pada 3000 SM. Permaisuri inilah yang memperkenalkan pembubidayaan ulat sutra dan menciptakan alat tenun. Atas perannya ini ia dijuluki Dewi Sutra.
Banyak penemuan-penemuan membuktikan sejarah panjang sutra di Cina. Seperti penemuan di sungai Yangzi, berupa sebuah cangkir gading berukirkan ulat sutra dan diperkirakan berusia 6000-7000 tahun. Juga penemuan lain tentang teknik penenunan sutra canggih pada masa Dinasti Han (202 Sm – 220). Pada bulan juli 2007, para ahli menemukan tekstil yang ditenun dengan teknik rumit dan dicelup aneka warna di sebuah kuburan di provinsi Jingxi, berasal dari dinasi Zhou dan berumur 2500 tahun. Penemuan ini serta merta mengugurkan teori, bahan teknik tersebut ditemukan pada Dinasti Han.
Memang pada Dinasti Han, sutra berkembang sedemikian rupa hingga memiliki nilai tukar tersendiri. Para petani membayar pajak dengan beras dan sutra. Pegawai negeri mendapat ‘bonus’ sutra bila berprestasi. Nilai dari harga komoditi diukur dengan panjangnya sutra. Sutra bahkan menjadi ‘mata uang’ dalam perdagangan dengan negeri asing.
Selama lebih dari dua ribu tahun bangsa Cina merahasiakan pengetahuan sericulture (pembudidayaan sutra) dari bangsa-bangsa lain. tapi seiring dengan berjalannya waktu, sutra menyebar juga, baik secara geografis maupun sosial, ke banyak negara Asia. Sericulture sampai ke Korea sekitar tahun 200 SM, juga ke India pada tahun 300. Sutra menjadi tekstil mewah di banyak tempat yang bisa diakses oleh saudagar-saudagar Cina.
Di Cina sendiri, sutra pun pada awalnya hanya dikenakan oleh para kaisar dan keluarga dekatnya. Dikatakan, di dalam lingkungan istana, kaisar mengenakan jubah dari sutra putih, namun di luar istana, ia, permaisuri dan putra mahkota mengenakan sutra kuning, warna kebesaran yang melambangkan tanah. Lambat laun masyarakat luas Cina pun mulai memakai sutra. Sutra menjadi salah satu unsur penting dalam ekonomi Cina, dan dimanfaatkan sebagai bahan alat-alat musik, benang kail, kertas luks, dan sebagainya.
Di Thailand, yang cuacanya sangat cocok untuk pembudidayaan ulat sutra, sutra diperoleh dari dua jenis ulat, Bombycidae yang dibudidayakan dan ulat sutra liar Saturniidae. Pembudidayaan sutra dilakukan sepanjang tahun, dan ditekuni secara khusus setelah usai panen beras oleh para petani di selatan dan timur laut Thailand. Para wanita biasanya menenun sutra dengan alat sederhana yang digerakkan secara manual dan keterampilan ini diturunkan pada anak-anak perempuan mereka. Menenun dianggap tanda kedewasaan dan kesiapan untuk menikah.
Selama 30 tahun terakhir ini produksi sutra dunia telah berlipat ganda, sekalipun sudah ada sutra tiruan yang menggantikan sutra alami. Sekarang ini, lebih dari 30 negara memproduksi sutra dan yang paling utama adalah Cina dan Jepang. Bila digabung, keduanya menghasilkan lebih dari separuh produksi sutra di dunia setiap tahunnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar